Jejak Rasa Jawa di Tanah Belanda: Kelezatan Nasi Goreng Jawa-Suriname
Jejak Rasa Jawa di Tanah Belanda: Kelezatan Nasi Goreng Jawa-Suriname
Nasi goreng bukan sekadar hidangan bagi masyarakat Indonesia; ia adalah simbol adaptasi dan sejarah yang melintasi samudera. Salah satu varian yang paling unik dan populer di Eropa, khususnya di Belanda, adalah Nasi Goreng Jawa-Suriname. Hidangan ini merupakan hasil dari perpaduan budaya (akulturasi) yang panjang antara tradisi kuliner Jawa dan pengaruh lokal di Suriname, yang kemudian dibawa oleh para imigran ke Negeri Kincir Angin.
Akar Sejarah dan Migrasi
Menurut catatan sejarah yang sering dikutip dalam literatur Wikipedia, keberadaan hidangan ini berawal dari perpindahan ribuan kuli kontrak asal Jawa ke Suriname (bekas koloni Belanda di Amerika Selatan) antara tahun 1890 hingga 1939. Di sana, masyarakat Jawa tetap mempertahankan teknik memasak mereka namun beradaptasi dengan bahan-bahan yang tersedia di tanah baru tersebut.
Setelah kemerdekaan Suriname pada tahun 1975, banyak warga keturunan Jawa-Suriname yang pindah ke Belanda. Mereka membawa resep keluarga ini, menjadikannya salah satu ikon street food dan masakan rumah tangga yang sangat digemari di kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag.
Karakteristik dan Keunikan Rasa
Berbeda dengan Nasi Goreng ala restoran Tiongkok atau Nasi Goreng khas Indonesia yang sering menggunakan kecap manis secara dominan hingga berwarna gelap pekat, Nasi Goreng Jawa-Suriname memiliki ciri khas tersendiri:
-
Warna dan Aroma: Biasanya memiliki warna kecokelatan yang lebih ringan namun kaya akan aroma rempah. Penggunaan bumbu dasar seperti bawang putih, bawang merah, dan terasi tetap ada, namun sering kali dipadukan dengan bubuk kari atau bumbu rahasia khas Suriname.
-
Lauk Pendamping: Seperti yang terlihat pada gambar, hidangan ini sering disajikan dengan Ayam Bakar/Goreng berbumbu merah (sering disebut ayam tjasie atau rooster) yang memiliki rasa manis-gurih.
-
Garnish Tradisional: Ciri khas yang tak boleh ketinggalan adalah irisan telur dadar tipis yang digulung, potongan mentimun, dan terkadang pisang goreng (bakabana) atau kerupuk. Penambahan cabai segar dan daun bawang memberikan tekstur renyah dan sensasi pedas yang segar.
Peran Budaya di Belanda
Di Belanda, Nasi Goreng ini biasanya ditemukan di „Toko“ (warung kelontong Asia) atau warung makan khas Suriname (Surinaams-Javaans eethuis). Bagi masyarakat Belanda, hidangan ini adalah simbol kenyamanan (comfort food). Ia merepresentasikan sejarah kolonial yang kompleks namun berakhir https://nashcafetogo.com/ pada harmoni di atas piring. Kehadiran Nasi Goreng Jawa-Suriname membuktikan bahwa identitas kuliner Jawa sangat tangguh; ia mampu bertahan, berevolusi, dan tetap dicintai meskipun berada ribuan kilometer dari pulau asalnya.
